Bagi mahasiswa yang berlatar belakang menengah ke atas, gejolak meningkatnya kebutuhan sosial mungkin kurang berpengaruh. Namun hal ini akan menjadi sangat urgen bila kita memandang ke bawah, kepada mereka yang berbackground menengah ke bawah. Dengan biaya sewa yang semakin mencekik, kita tidak bisa mengindahkannya sebelah mata saja. lalu bagaimana untuk mempertahankan eksistensi mereka dalam dunia pendidikan, untuk menstabilkan laju pendidikan yang mulai goyah akibat terpaan ekonomi yang semakin memberatkan studi mereka?
Sebut saja Rere, dia salah satu mahasiswa yang terdaftar di universitas di Mesir. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dia menyisihkan waktu luangnya untuk mencari penghasilan tambahan demi menyokong biaya pendidikannya. Bisnis dalam skala mikro yang termasuk jenis dari home industri ini dijalankannya bukan semata karena ingin menjadi TKI di negara orang, melainkan merupakan keterpanggilan akan kebutuhan yang semakin meningkat.
Kemudian Anggara, dia menghabiskan waktu istirahatnya sepulang dari kuliah di dapur Café untuk mencuci piring dan menjadi pembantu masak demi mengumpulkan recehan-recehan pound untuk melunasi biaya administrsi perkuliahannya. Sedangkan Ahmad, dengan kemampuannya dalam memotong rambut, dia menjadikan skilnya sebagai alat penghasil pound-pound Mesir.
Mereka adalah segelintir contoh ‘Pelajar Jadi-Jadian’ atau ‘TKI Terhormat’. Penulis mengistilahkannya sebagai “Pelajar Jadi-Jadian” bukan karena bisa berubah wujud menjadi babi ngepet atau pun yang lainya, karena tidak berhubungan dengan hal-hal mistik. Akan tetapi, tertuju pada kemampuannya dalam memenej waktu. Terkadang dia mampu menjadi mahasiswa yang baik di Kampus, dengan selalu menghadiri setiap mata perkuliahan, namun dia juga bisa menjadi seorang pekerja di Café sebagai pembantu masak atau pencuci piring. Atau pun menjadi pekerja untuk dirinya sendiri dengan bergelut dalam bisnis home industrinya. Sedang korelasi antara “Pelajar Jadi-Jadian” dan “TKI Terhormat” adalah selain menjadi seorang akademisi dia juga mampu berperan menjadi seorang pekerja harian, akan tetapi kalau kita golongkan ke dalam para TKI kurang relevan dikarenakan dia bekerja untuk eksistensinya dalam dunia pendidikan. Dan sangat wajar kalau dia lebih terhormat untuk sebatas harga seorang TKI. Inilah psikologi sebagian mahasiswa
Namun, deskripsi kehidupan sebagian mahasiswa di atas akan sangat kontras sekali bila di bandingkan dengan sebagian kelompok-kelompok mahasiswa Indonesia yang waktunya lebih banyak dihabiskan untuk bermain-main, atau hanya sekedar tenggelam ke dalam dunia maya dengan dibarengi prosentasi masuk perkuliahan yang rendah. Lalu kemanakan nilai daya juang mereka sebagai ‘Maha’siswa selaku bentuk predikat tertinggi dalam tataran dunia kesiswaan?
Maka, jadikanlah diri anda sebagai mahasiswa yang Ideal demi membangun bangsa
Ingatkah kisah seorang perjuangan sang proklamator "Soekarno",
atau seorang pujangga cinta seperti "Romeo"...!!!
Aku bukanlah seperti mereka. Seorang revolusioner,
berjiwa pejuang dan selalu berada di garis depan menghadapi penjajah.
Dan Aku bukan pula pujangga cinta
yang pandai merangkai puisi-puisi indah untuk pujaan hati.
Namun asal kalian tahu! ...
Aku adalah Aku...
yang dilahirkan dari rahim ibuku...
dan selamanya Aku adalah Aku... Bukan mereka.
Biarkanlah Aku menjadi diriku sendiri.
Mencetak sejarahku sendiri. Mengukir kisah hidupku sendiri. Lihatlah Aku maka kau akan tahu siapa Aku.
By.BadBoiiGenius.
Sapa yang di hatinya tidak mengharapkan sesuatu.
kalau ada pilihan kata untuk mewakili keinginanku,
jika air laut ku jadikan tinta,
tak akanlah cukup tetesan airnya untuk menuliskan all off my wishes.
Cos, keinginan manusia itu tidak akan pernah terbatasi-unlimited-satu harapan
terpenuhi muncul keinginan yang lain.
Namun, ada hal yang selama ini ingin ku gapai.
" I miss my family so much "
one enough, another wishes are on the waiting list.
Lets make our wish!