Hegemoni Partai; antara Ideologi dan Kekuasaan
Hampir dua dasawarsa, semenjak rezim Orde Baru berkuasa, almarhum Affan Gafar dan Risw andha Imawan telah mempopulerkan istilah hegemoni partai politik di Indonesia. Hegemoni partai politik merupakan implementasi hasrat dari para pelaku politik untu k membuat partai sebagai satu-satunya penentu kehidupan sosial, ekonomi, dan politik Indonesia. Baga ikan oktopus, tangan kekuasaan kekuatan politik ini merambah ke mana-m ana. Dan i nilah inti dari kekuatan hegemonik.
Dalam surv einya pada akh ir 2007, Indo Barometer juga mengatakan, masyarakat pada umumnya masih melihat parpol (baca: partai politik) sebagai institusi yang hanya untuk mengejar kekuasaan dan kepentingannya sendiri. Ideologi parpol yang paling menonjol adalah pragmatisme untuk berkuasa. Semua sepakat, hanya partai yang menentukan bangsa Indonesia, kini dan masa depan. Dan masyarakat yang diteoritiskan sebagai pemegang kuasaan tertinggi nyaris tidak bisa berbuat banyak.
Layaknya dalam negeri, hegemoni parpol yang terjadi di Masisir, juga berdampak pada kehidupan sosial Masisir. Munculnya berbagai sekat di antara golongan-golangan –baik antara satu partai dengan lainnya, atau antara satu partai dengan non partai- mengakibatkan semakin terkikisnya keharmonisan dalam kehidupan bersosial dan berkembangnya rivalitas yang tidak sehat.
Dengan mendekatnya waktu Pemilu 2009, bendera partai mulai berkibar melebihi tiang bendera Merah Putih. Padahal, parpol didirikan bukan untuk kepentingan kelompok atau golongan, tapi untuk bersama-sama berlomba membangun bangsa Indonesia. Jauh hari sebelum pesta Pemilu dimulai, parpol yang menghegemoni sudah mengembangkan lahan-lahan "budidaya suara" demi meraih kursi di parlemen. Dan, itu dilakukan dengan acara apa saja. Tak heran kalau agama juga dijadikan tunggangan untuk memuluskan jalan, seperti kasus khutbah Idul Fitri lalu.
Pola berpikir mahasiswa al-Azhar harus segera diluruskan, harus segera dilindungi. Jangan sampai partai politik menjadi konsentrasi utama santri-santri Azhar, yang dengan begitu akan mencemari pola pikir sebagai insan akademisi, menengok fenomena yang terjadi hampir setiap jengkal langkah mahasiswa aktifis partai dikaitkan dengan kepartaiannya. Nuansa akademis tak boleh tercemari oleh aroma politis yang berlebihan!
Published at "Buletin Informatika edisi 138"
Ingatkah kisah seorang perjuangan sang proklamator "Soekarno",
atau seorang pujangga cinta seperti "Romeo"...!!!
Aku bukanlah seperti mereka. Seorang revolusioner,
berjiwa pejuang dan selalu berada di garis depan menghadapi penjajah.
Dan Aku bukan pula pujangga cinta
yang pandai merangkai puisi-puisi indah untuk pujaan hati.
Namun asal kalian tahu! ...
Aku adalah Aku...
yang dilahirkan dari rahim ibuku...
dan selamanya Aku adalah Aku... Bukan mereka.
Biarkanlah Aku menjadi diriku sendiri.
Mencetak sejarahku sendiri. Mengukir kisah hidupku sendiri. Lihatlah Aku maka kau akan tahu siapa Aku.
By.BadBoiiGenius.
Sapa yang di hatinya tidak mengharapkan sesuatu.
kalau ada pilihan kata untuk mewakili keinginanku,
jika air laut ku jadikan tinta,
tak akanlah cukup tetesan airnya untuk menuliskan all off my wishes.
Cos, keinginan manusia itu tidak akan pernah terbatasi-unlimited-satu harapan
terpenuhi muncul keinginan yang lain.
Namun, ada hal yang selama ini ingin ku gapai.
" I miss my family so much "
one enough, another wishes are on the waiting list.
Lets make our wish!